'http://www.google.com/2005/gml/expr'> Lebih mudah untuk melawan ribuan orang bersenjata lengkap dibandingkan melawan kesombongan diri sendiri Lebih mudah untuk melawan ribuan orang bersenjata lengkap dibandingkan melawan kesombongan diri sendiri Lebih mudah untuk melawan ribuan orang bersenjata lengkap dibandingkan melawan kesombongan diri sendiri Lebih mudah untuk melawan ribuan orang bersenjata lengkap dibandingkan melawan kesombongan diri sendiri Lebih mudah untuk melawan ribuan orang bersenjata lengkap dibandingkan melawan kesombongan diri sendiri Lebih mudah untuk melawan ribuan orang bersenjata lengkap dibandingkan melawan kesombongan diri sendiriLebih mudah untuk melawan ribuan orang bersenjata lengkap dibandingkan melawan kesombongan diri sendiri Lebih mudah untuk melawan ribuan orang bersenjata lengkap dibandingkan melawan kesombongan diri sendiri

animasi

Pages

Selasa, 27 September 2011

Puisi Untuk Keluargaku

Menopang seluruh yang ada di hati, tubuh, dan luangan kasih sayang kalian
Hingga begitu indah setiap detik dalam hangat cengkrama
Bunda, Ayah, dengan malu kukatakan : "Akulah anakmu…"
Adik-adikku, dengan malu kukatakan : "Akulah kakakmu…"
Pernah dan sering ku amat rapuh
Pada kalian aku mengeluh, dan selalu
Bunda…
Sejujurnya telah kucoba kumpulkan keindahan dunia untuk ganti hadirmu
Sejujurnya telah kupilah yang terbaik untuk mengisi kerinduanku
Tapi bunda, yang kutemui hanya lelah
Lalu saat itu aku kembali padamu, memohon pelukan
Dan kau senantiasa menjadi pendengar yang arif

Mendengarkan dengan mata, mendengarkan dengan hati
Kau mendengar apa yang tak bisa terucap dengan kata-kata

Bunda…
Dunia takkan mampu menggantikanmu
Pilahan yang terbaik takkan lagi coba kuisi dalam rinduku
Hingga begitu indah setiap detik dalam rahimmu
Hingga begitu indah setiap detik dalam gendonganmu
Hingga begitu indah setiap detik dalam pangkuanmu
Hingga derita kau rasa indah demi anandamu
Lalu... Kenapa hanya rindu yang ananda punya untuk ibunda?
Tidak bunda...
Rindu ini hadir dalam Doa anandamu
Agar surga selalu hadir untukmu
Bukan hanya ditelapak kakimu
Ayah…
Rentetan waktu yang kau urai dalam peluh
Dalam entah berapa banyak tetes keringatmu yang kini menjadi darahku
Selama itu kau tetap tersenyum
Jinjingan pelangi tak pernah luput kau bawa sepulang kerja
Lalu dengan sabar, menguraikan warnanya untukku satu persatu dengan
mata berbinar
Dengan baju kemejamu yang telah lusuh
Lalu, kuteringat saat kumerengek meminta baju baru
Sementara kau sibuk berhutang demi memenuhi keinginanku…
Ah, aku memang anak yang manja…

Ucapan terimakasih dan doa rasanya tak pernah cukup untuk membalasmu
Sementara, tak jarang aku menjadi jauh dari harapan-harapanmu
Aku malu…
Ayah…
Sebagian semangatku ada dalam doamu
Dan pijakan hidupku dalam petuah sederhanamu
Aku catat dalam jiwa dan coba kujalankan
Ayah…
Ananda bangga menjadi anakmu
Bunda, Ayah,
Mungkinkah kumampu menjadi anak yang dapat kalian banggakan
Mungkinkah kumampu penuhi semua harapan
Mungkinkah kumampu menjadi penyejuk pandangan

Maafkan aku…
Maafkan jikalau budi kalian selama ini aku balas dengan hinaan
Maafkan jikalau sapaan lembut aku balas dengan hardikan
Maafkan jikalau mata ini sering menatap sinis pada kalian…
Maafkan jikalau banyak permintaan tolong yang tak kudengar
Maafkan jikalau aku justru membuat kalian malu
Maafkan atas segala…
Maafkan…
Ayah, Bunda, maafkan aku…
Sungguh aku ingin menjadi anak yang dapat kalian banggakan
Sungguh aku ingin penuhi semua harapan
Sungguh aku ingin menjadi penyejuk pandangan
Ayah, Bunda, kembali kumemohon doamu…
Adik-adikku…
Malaikat kecilku…
Ah, kini kalian telah tumbuh besar
Tentu telah memahami lebih banyak tentang hidup
Kalian kini telah tumbuh menjadi anak yang cerdas
Ya, kalian kini tak lagi mudah untuk kubohongi seperti dulu
Adik-adikku, selain Bunda dan Ayah kita, kalianlah yang paling tahu
siapa aku
Kalian tahu setiap cela diri kakak…
Selain Bunda dan Ayah, kalianlah yang paling sering menjadi korban
amarahku
Kalian yang selalu menjadi pelampiasan emosi dan egoisku
Padahal kakak tahu, kalian begitu tulus menyayangi kakak
Entah telah berapa banyak doa kalian yang menjadi jalan kemudahan bagi
hidup kakak

Maafkan kakak, adik-adikku…
Selama ini kakak belum mampu menjadi suri tauladan bagi kalian
Kakak belum bisa menjadi kakak yang baik, yang membahagiakan kalian
Lebih banyak menyulitkan dan menyudutkan kalian
Jari-jari ini telah banyak membuat pipi kalian merah…
Selain Bunda dan Ayah, kalianlah orang paling pemaaf yang pernah kakak
kenal
Pertengkaran yang acap kali terjadi karena ketidakdewasaanku, begitu
mudah kalian lupakan
Seringkali ucapan lugu kalian menjadi nasehat jiwa
Seringkali tingkah polos kalian menjadi hikmah hidup
Kalianlah motivator, penyemangat hidupku
Ketika menatap kalian tidur bagai bayi, terbesik di benakku, alangkah
inginnya aku membahagiakan kalian
Alangkah inginnya aku menjadi kakak yang bisa kalian banggakan
Adik-adikku, kakak sayang kalian…
Keluargaku…
Kalian adalah surga dalam hidupku
Karunia termegah Sang Pencipta untukku
Pastikan kita selalu bersama, selamanya…

0 komentar:

Posting Komentar