'http://www.google.com/2005/gml/expr'> Lebih mudah untuk melawan ribuan orang bersenjata lengkap dibandingkan melawan kesombongan diri sendiri Lebih mudah untuk melawan ribuan orang bersenjata lengkap dibandingkan melawan kesombongan diri sendiri Lebih mudah untuk melawan ribuan orang bersenjata lengkap dibandingkan melawan kesombongan diri sendiri Lebih mudah untuk melawan ribuan orang bersenjata lengkap dibandingkan melawan kesombongan diri sendiri Lebih mudah untuk melawan ribuan orang bersenjata lengkap dibandingkan melawan kesombongan diri sendiri Lebih mudah untuk melawan ribuan orang bersenjata lengkap dibandingkan melawan kesombongan diri sendiriLebih mudah untuk melawan ribuan orang bersenjata lengkap dibandingkan melawan kesombongan diri sendiri Lebih mudah untuk melawan ribuan orang bersenjata lengkap dibandingkan melawan kesombongan diri sendiri

animasi

Pages

Selasa, 27 September 2011

Dunia Anak-anak Terlantar

Dunia anak-anak adalah dunia yang paling indah. Tataplah mata mereka. Adakah rasa benci di sana? Adakah rasa ambisi untuk menjadi “ter”? Adakah rasa marah terpancar sebagai gambaran hati mereka? Tidak ada. Di mata anak-anak, semua orang yang mereka temui adalah teman.  Teman bermain atau pun teman berbincang-bincang. Mereka tidak perduli apakah lawan bicaranya paham apa yang mereka maksud. Tapi sosok yang ada di depan mata mereka, dimaknai sebagai seorang kawan sepermainan.


Saya terkejut menonton berita kemarin siang di televisi, Sabtu 10 April 2010, yang menginformasikan 2 orang anak yang ditelantarkan orangtuanya. Seorang anak balita di Medan, ditinggal kedua orangtuanya dan anak itu tinggal di rumah sakit tempat dia dilahirkan. Balita bertubuh gempal dan berkulit kuning itu mendapatkan kasih sayang dari orang-orang rumah sakit yang sabar merawatnya selama hampir 7 bulan. Seorang balita lagi dikabarkan juga ditelantarkan orangtuanya di daerah Mojokerto. Nasib balita ini lebih malang lagi. Usianya bisa dibilang masih hitungan hari. Sepasang matanya masih tertutup rapat menandakan dia masih senang bermain dengan para malaikat yang menjaganya. Dua bayi itu ditinggal pergi begitu saja oleh kedua orangtuanya.

Entah apa yang ada di benak kedua orangtuanya. Tapi yang jelas, buat mereka, begitu mereka pergi meninggalkan sang bayi masalah selesai. Praktis. Salah seorang ibu yang diwawancari memberikan komentar “Mereka sakit jiwa!” Saya sependapat dengan ibu itu. Dua orang yang menghadirkan bayi lalu meninggalkannya, jelas sakit jiwa. Kalau tidak sakit jiwa, tentu mereka memiliki akal yang panjang dan tidak melakukan hal-hal yang dapat mencelakakan orang lain. Mereka tidak berpikir, dengan menelantarkan bayi kandung mereka sendiri, mereka sudah membunuh masa depan bayi itu. Masa remajanya akan dihabiskan dengan memikirkan siapa orangtuanya, kenapa orangtuanya menelantarkan dia. Ujung-ujungnya para berondong itu menyimpan sejuta dendam yang dapat dilampiaskan kepada setiap orang dewasa yang dijumpainya.

Kehidupan seseorang di saat dia bekerja, sedikit banyak mencerminkan kehidupan orang itu di masa kecilnya. Orang yang menggampangkan segala cara di dalam pekerjaannya, mereka cenderung memiliki kehidupan yang sulit di masa kecilnya. Ada keinginan yang begitu kuat untuk mengubah kehidupan dan mengharapkan agar anak-anak mereka kelak tidak hidup dalam kesulitan. Orang-orang seperti itu sering Saya temui dan Saya mencoba memahami mereka. Tapi Saya tidak bisa membayangkan pikiran seorang anak yang hidup di tengah perseteruan keduaorangtuanya yang diakhiri dengan perpisahan atau perceraian. Apalagi kehidupan seorang anak yang ditelantarkan. Apa kita mau menjadi bangsa pendendam? Dunia anak-anak itu indah. Maka tugas kitalah untuk tetap membentuk mereka memiliki jiwa yang indah dan terus tegar berjuang di dunia yang memang indah ini.

0 komentar:

Posting Komentar